Industri Penyamakan Kulit Kekurangan Bahan Baku

Posted on 2012-4-9

 

Industri penyamakan kulit kesulitan bahan baku. Pasalnya, pemerintah masih memperketat impor kulit sapi atau kambing mentah yang hanya bisa dilakukan oleh negara tertentu, seperti Australia dan New Zealand. Sementara pasokan kulit lokal belum bisa memenuhi kebutuhan industri penyamakan kulit.
Hal ini sebagai imbas adanya impor kulit mentah yang terindikasi penyakit kuku dan mulut. Tak ayal, pelaku usaha penyamakan kulit harus menunggu pasokan bahan baku yang tiap hari kebutuhannya mencapai 100 ton lebih.

Menurut Direktur PT Jawara Wastika Airlangga, Muhammad Charles Napoleon, setelah pemerintah mempeketat masuknya kulit mentah, pelaku usaha penyamakan kulit hanya mengandalkan bahan baku dari lokal.

“Penyamak kulit di Jatim kekurangan bahan baku karena kulit sapi dan kambing dilarang masuk ke Indonesia, gara-gara khawatir akan penyakit mulut dan kuku. Padahal kulit yang masuk tidak untuk dikonsumsi tapi diolah menjadi bahan setengah jadi kemudian diekspor ke Uni Eropa menjadi tas, sepatu, dan barang dari kulit lainnya,” ujar Muhammad, yang juga Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Pemberdayaan Potensi Daerah Kadin Jatim ini.

Data Disperindag Jatim menyebutkan, ekspor kulit, barang dari kulit, dan alas kaki pada tahun 2009 lalu mecapai 18.576.252 kilogram dengan nilai 271.541.454 dollar AS (Rp 2,44 triliun), dan tahun 2010 mencapai 22.845.501 kilogram dan nilai 369.275.960 dollar AS (Rp 3,32 triliun).

Sejauh ini, kata dia, pasokan kulit selain dari lokal juga didatangkan dari Australia dan New Zealand. Hanya saja, kualitas kulit mentah dari kedua negara tersebut masih di bawah rata-rata dan volumenya kecil.

Sehingga, ia mendesak pemerintah untuk membuka kembali kran impor kulit sapi atau kambing mentah yang selama ini menjadi andalan penyamak kulit. “Kami mengandalkan bahan baku lokal dan impor dari Australia dan New Zealand. Itupun tidak mencukupi. Kami ingin pemerintah membuka kran impor dari pada ada penyelundupan,” katanya.

Ia merinci, ada beberapa perusahaan penyemak kulit hingga saat ini kekurangan bahan baku, Misalkan PT Ecco Indonesia kebutuhannya mencapai 100 ton lebih perhari, kebutuhan yang bisa dipasok hanya 30% dari kebutuhannya. “Begitu juga dengan PT Surya Sukmana di Pasuruan yang butuh 50-70 ton kulit perhari,” lanjutnya.

Lebih lanjut Direktur Utama CV Selonidava Jaya ini mengatakan jika kondisi ini dibiarkan, maka industri lokal akan terpukul. Penyebabnya, jelas dia, saat ini mulai banyak beredar kulit sintetis dari China yang bisa mengurangi daya saing produk lokal. surabaya post online

Image Gallery

Read more

Contact Us

 

Address: Jl. Masjid Al'Wustho No. 59 Pondok Bambu, Jakarta 13430
Telephone: +62 21 86612477
FAX: +62 21 86612477
Mobile: 6281310417546
E-mail: rudiono@aipi-sepeda.or.id